Spesies ikan hias laut endemik Indonesia yang
penyebaran alaminya hanya bisa ditemukan di perairan Kepulauan Banggai yaitu
Banggai Cardinal Fish (Pterapogon kauderni) atau dalam bahasa lokal dikenal
sebagai ikan capungan Banggai.
Ikan ini termasuk famili Apogonidae yang merupakan
anggota terbanyak dari ordo Perciformes dengan 27 genera dan 250 spesies yang
tersebar di Samudera Pasifik, Samudera Atlantik dan Samudera Hindia. Memiliki
bentuk tubuh agak pipih dengan dasar kuning dan keperak-perakan, terdapat
garis-garis hitam yang vertikal dari sirip punggung ke sirip perut dan sirip
dubur. Memiliki dua sirip punggung yang terpisah dengan jelas,sirip punggung
pertama berjari-jari keras sedangkan garis punggung kedua berjari-jari lunak,
mempunyai mata yang besar berwarna hitam dan bentuk mulut terminal dengan
ukuran kecil. Panjang tubuh sekitar 3 – 8 cm dan pada saat dewasa berukuran 8 –
10 cm.
Habitat
Daerah penyebaran sangat terbatas di wilayah
Sulawesi Tengah bagian timur,tepatnya di Kepulauan Banggai, karena itu spesies
ini termasuk endemik. Populasi ikan ini dapat ditemukan di perairan dangkal
dengan kedalaman 0 – 5 m pada daerah lamun (sea grass) dan terumbu karang
dimana banyak terdapat bulu babi dan anemon. Mereka hidup bersimbiosis dengan
bulu babi (Diadema setosum) yang umumnya terdapat di perairan pantai. Simbiosis
dilakukan dengan cara mengupayakan agar garis hitam pekat pada tubuh mereka
membaur membentuk garis lurus dengan salah satu duri bulu babi yang bertujuan
untuk penyamaran dan perlindungan dari serangan predator. Selain bulu babi,
ikan ini juga memiliki tempat perlindungan lain yaitu anemon laut dengan cara
memanfaatkan tubuh mereka yang kecil agar dapat menyelinap diantara helaian
anemon
Tingkah Si Cantik
Menurut Allen dan Steene (1995), kardinal Banggai
merupakan ikan nokturnal aktif yaitu mencari makan pada malam hari. Makanannya
berupa plankton, mikro krustasea dan ikan kecil. Perilaku biologis menunjukkan
ikan ini mempunyai tingkah laku khas sebelum melakukan pemijahan dimana ikan
jantan dan betina dewasa yang telah matang gonad akan memisahkan diri dari
kelompoknya dan mencari tempat yang cocok dan sesuai untuk kawin. Sebelum sel
telur dan sperma dikeluarkan, mereka akan melakaukan gerakan-gerakan unik yang
disebut ”mating dance” atau percumbuan. Percumbuan dilakukan oleh ikan jantan
dengan berenang-renang di sekitar ikan betina yang bertujuan untuk menarik
perhatian .
Perbedaan individu jantan dan betina terletak pada
ukuran tubuh, panjang sirip punggung kedua dan bukaan mulut. Jantan memiliki
ukuran tubuh yang lebih besar, sirip punggung kedua yang lebih panjang dan
bukaan mulut yang lebih besar dari individu betina. Induk jantan melakukan
pengeraman telur yang telah dibuahi di dalam mulut (mouth breeder). Lamanya
pengeraman 10 – 14 hari terhitung setelah terjadinya pembuahan. Telur yang
dierami hanya sedikit dan berdiameter 2,8 – 3 mm.
Pemijahan
Pemijahan berlangsung secara eksternal dimana sperma
dilepaskan langsung ke arah telur yang sudah dikeluarkan namun masih
menggantung pada tubuh betina. Secar umum, memiliki fekunditas yang rendah
dimana setiapo kali pemijahan induk betina hanya menghasilkan 15 – 40 butir
telur saja.
Telur yang ditetaskan berkembang menjadi larva dan
anak ikan dalam mulut induk jantan. Selama berlangsung tahapan tersebut, mulut
jantan selalu terbuka. Waktu yang diperlukan untuk menjadi larva dan anak ikan
adalah seminggu sebelum dilepas ke lingkungan sekitar. Pertumbuhan ikan ini
tergolong lamban, setelah usia 2 bulan baru mencapai ukuran 1,8 – 2,5 cm.
Hasil penelitian Rusdi (2005) menunjukkan bahwa
persentase indeks kematangan gonad ikan jantan dan betina tertinggi terjadi
pada bulan September , Juli dan Oktober yang berarti aktifitas reproduksi pada
bulan-bulan ini cukup besar sedangkan bulan Juni, Agustus dan Nopember
aktifitas reproduksinya rendah. Hal ini menjadi warning tersendiri bagi para
nelayan yang menangkap ikan kardinal Banggai pada bulan-bulan tersebut agar
jangan sampai terjadi overfishing.
Oleh: Ikan Koki
0 comments:
Post a Comment