Kepemimpinan, sebuah tema yang tak
lekang oleh waktu. Mereka yang menguasai prinsip – prinsip kepemimpinan dan
mampu menggunakannya dengan baik akan memiliki 4ta, Harta, Tahta, Cinta dan
Kata yang saling berkolaborasi memberikan kesuksesan. Pribadi hebat mulai dari
Alexander agung, Julius Caesar, Nabi Muhammad, Umar Bin Abdul Aziz, Mehmed II (
Muhammad Al Fatih) hingga tokoh – tokoh modern seperti Soekarno, Mahatma
Gandhi, menggunakan prinsip – prinsip tersebut. Kepemimpinan mereka dikenang
hingga sekarang mesti keberadaan mereka secara fisik tak lagi bersama,
pemikiran – pemikiran mereka tak lekang oleh waktu.
Di abad modern sekarang,
kepemimpinan tak hanya berkaitan dengan politik tetapi juga lembaga – lembaga
lain seperti bisnis, social bahkan hingga pergerakan mahasiswa. Satu hal yang
sangat penting, kepemimpinan berdasarkan oleh dua hal yaitu Kepribadian dan
llingkungan. Artinya kepemimpinan tumbuh dari dalam diri akibat tempaan hidup
dan kepemimpinan merupakan keilmuan yang dapat diamati, dipelajari, dan
diterapkan oleh siapapun yang berani membayar harganya. Kepemimpinan tak muncul
begitu saja, dari berjuta – juta orang di Indonesia tak semuanya bisa menjadi
Pemimpin formal laksana Presiden, Kepala lembaga, Ketua organisasi dan lainnya
tetapi mereka memiliki peranan non formal yang tak dapat di kesampingkan begitu
saja. Karena banyak perubahan terjadi berawal dari pemimpin – pemimpin non
formal
Kita sudah melewati dua paragraph
yang cukup berat bukan? Mari kita istirahat sejenak tuk melanjutkan perjalanan
kita tuk mengetahui seperti apa tipe – tipe kepemimpinan itu. Silahkan tarik
nafas dalam – dalam dan rasakan setiap hembusan memberikan kenyamanan. Baiklah,
mari kita lanjutkan.
Tipe – Tipe Kepemimpinan
Daniel Goleman seorang psikolog dan
penulis “Emotional Intelegence” menjelaskan dalam salah satu
literaturnya bahwa kepemimpinan dapat dibagi menjadi 6 tipe yaitu :
- Koersif
- Otoritatif
- Afiliatif
- Demokatis
- Pacesetting
- Coaching
Layaknya tipe – tipe kepribadian,
dalam setiap manusia terdapat 6 tipe tersebut tetapi aka nada yang menonjol dan
bahkan untuk menjadi seorang pemimpin yang berpengaruh, kita tak hanya bisa
menggunakan satu atau dua tetapi beberapa atau semuanya sesuai dengan kebutuhan
situasi saat itu. Mereka yang hanya bertumpu pada satu gaya akan mampu
mengatasi kesulitan pada situasi tertentu dan Berjaya tetapi akan mengalami
hambatan pada situasi yang berbeda. Untuk lebih jelasnya mari kita menyelam dan
memahami tipe – tipe tersebut lebih dekat.
1. Koersif
Pemimpin bertipe ini akan meminta sesuatu dikerjakan
sesuai dengan yang ia inginkan. Ia tak mengenal alasan dan tidak mendengarkan
orang lain. Baginya, tujuan sudah jelas hingga orang lain cukup mengerjakan apa
yang ia inginkan. Pemimpin tipe ini akan banyak menggunakan kata – kata
“Lakukan apa yang aku minta”, “Laksanakan saja” hingga orang – orang
disekitarnya akan merasa kurang dihargai dan memungkinkan menimbulkan bibit –
bibit perpecahan karena banyak orang – orang yang tidak menyukai tetapi takut
akan kekuasaan yang dimiliki sang koersif hingga mereka hanya bisa berkata
“dibelakang”. Para pemimpin koersif akan membuat system reward dan punishment
menjadi tidak berarti. Hasil kerja dianggap sebagai kewajiban yang harus
dilakukan. Sehingga motivasi para pengikut bisa jadi menurun karena kurangnya
penghargaan.
Tetapi bukan berarti koersif selalu
berimplikasi negative walaupun sebagian besar akan menghasilkan suasana yang
tidak kondusif, kepemimpinan ini dibutuhkan saat organisasi atau lembaga dalam
keadaan krisis sehingga dibutuhkan pengambilan keputusan yang cepat dan jelas
tujuannya sehingga tidak dibutuhkan banyak orang untuk memberikan pendapat.
Saat situasi membutuhkan kecepatan dan satu tindakan tanpa adanya inovasi untuk
mengembalikan organisasi kembali “on the Track” Koersif dibutuhkan dengan
kehati – hatian dan pertimbangan matang.
2. Otoritatif
Bedakan antara otoritatif dalam kepemimpinan dengan kata
otoriter. Otoriter akan lebih dekat kepada tipe koersif, mereka tak ingin dibantah,
berbeda dengan otoritatif yang mereka mendapatkan kekuasaan dengan persetujuan
dan kejelasan visi yang ia paparkan. Otoritatif akan menjadikan orang lain
bergerak menuju sebuah visi yang sudah ditentukan dengan bersemangat karena ia
akan memberikan penghargaan yang pantas dan tujuan yang jelas tidak hanya untuk
jangka pendek tetapi juga jangka panjang. Pemimpin tipe ini akan membawa
perubahan – perubahan karena mereka adalah orang – orang yang percaya diri,
mereka juga memiliki empati yang besar hingga orang lain akan merasa nyaman
dalam kepemimpinan ini.
Sebagai agen perubahan, tipe
otoritatif akan menjadi pemimpin yang efektif saat organisasi membutuhkan visi
baru sesuai perubahan jaman. Mereka akan kesulitan saat krisis karena kadang
saat krisis membutuhkan keputusan yang cepat dan kadang tak “manusiawi”.
Otoritatif akan menjadi bintang saat ia tak menghadapi tim yang
“sekaliber” dirinya. Bila ia bergerak dengan sebuah tim ahli dengan kemampuan
sama, maka ia akan merasa kesulitan dan dianggap “Angkuh” karena ia memandang
orang lain tak memiliki pengetahuan yang sama dengannya.
3. Afilitatif
Dalam kalimat Ki Hajar Dewantara, seorang pemimpin memiliki
tiga tugas yaitu menjadi Tauladan, Motivator dan Pemberi jalan bagi
pengikutnya. Afilitatif adalah mereka yang berfungsi sebagai Pemberi Jalan. Ia
akan banyak berkerja bersama pengikut/karyawannya. Ia akan banyak memikirkan
mereka dan bagaimana agar mereka bahagia. Ia akan banyak bertukar pikiran
dengan orang lain dalam membahas suatu masalah hingga orang lain akan merasa
selalu dilibatkan dan suasana kerja menjadi kondusif. Ia menjadikan setiap
orang merasa penting dan bisa mencurahkan ide – ide tanpa takut dicemooh atau
dihina untuk kemajuan organisasi. Ia membuat orang lain merasa tergantung pada
dirinya karena pemimpin afilitatif bagaikan lilin di tengah kegelapan. Ia
menyinari banyak orang tetapi membakar dirinya.
Pemimpin afilitatif akan sangat
terbuka dengan yang terjadi pada dirinya sama halnya dengan ia terbuka dengan
apa yang terjadi pada orang lain. Bagi orang – orang yang tidak mengenalnya
dengan baik akan mengira ia seorang yang lemah dan tidak berkepribadian karena
ia selalu ingin orang lain bahagia. Tugasnya adalah membangun harmoni dan
menjadikan hal tersebut sebagai kekuatan dalam organisasi. Layaknya seorang
pelatih dalam kejuaraan dunia, ia akan memperhatikan pemainnya satu persatu
untuk memastikan mereka siap dan pantas menjadi juara sebelum, saat dan sesudah
pertandingan apapun hasilnya.
4. Demokratis
Pemimpin dengan tipe ini akan sangat senang melibatkan
orang lain dalam pengambilan keputusan, mendengarkan pendapat mereka,
memberikan arahan dan penjelasan akan suatu permasalahan. Ia membangun rasa
percaya, hormat dan tanggung jawab dengan memberikan mereka kesempatan untuk
bicara mengenai solusi dan melaksanakannya saat telah menjadi konsensi
bersama. Sehingga pemimpin mengetahui kekhawatiran dan harapan anggotanya akan
sesuatu yang mereka hadapi. Ia tak menutupi apa yang terjadi agar mereka semua
memiliki rasa kebersamaan. Ia tak bertujuan untuk menyenangkan semua orang
tetapi menumbuhkan saling paham bahwa jalan yang mereka ambil adalah yang
terbaik terlepas dari pro kontra selama pertemuan.
Pemimpin demokratis akan berfungsi
efektif saat semua anggotanya memiliki pola pemikiran yang sama tinggi dan
setara hingga saat keputusan dicapai mereka dengan rasa tanggung jawab akan
mampu menjalankannya dengan baik, bila kelompok mereka tak setara maka
kelemahan yang dirasakan adalah pertemuan – pertemuan tiada akhir yang tak
berujung. Kurangnya ketegasan atau keberanian untuk mengambil keputusan
langsung saat keadaan mulai menghadapi kebuntuan akan mengakibatkan
permasalahan tak kunjung selesai. Sehingga emosi setiap anggota takkan mudah
untuk diarahkan untuk kebersamaan hingga dapat terjadi konflik akibat tak
kunjung terlihatnya sinar terang jalan keluar.
5. Pacesetting
Tipe kepemimpinan ini menuntut kesempurnaan. Ia akan
menetapkan standar yang sangat tinggi dan mencontohkan kepada anggotanya
bagaimana ia bisa melakukannya dengan baik dan meminta semuanya untuk melakukan
hal yang sama. Saat seseorang tak mampu mencapai standar, maka ia akan mungkin
digantikan oleh orang baru. Pemimpin tipe ini akan dengan senang hati mengambil
alih tugas anggotanya yang tak sesuai sehingga rasa percaya dalam kelompok akan
sangat rendah karena ia merasa hanya dia yang mampu mengerjakannya. Para
anggota akan merasa tersingkirkan dan kemudian merasa malas hingga akhirnya ia
digantikan. Suasana tertekan akan menjadi tema dalam lingkungan organisasi
dengan pemimpin pacesetting.
Pemimpin jenis ini membutuhkan
anggota yang dapat memotivasi dirinya sendiri untuk melangkah dan mendapatkan
standar tinggi yang diharapkan. Dengan demikian organisasi akan bergerak
dinamis dan setiap standar yang ditetapkan akan menjadi sebuah lecutan untuk
terus meningkatkan kemampuan dan pemikiran yang sesuai. Yup, setiap
kepemimpinan memiliki cirri dan kesesuaian dengan situasi yang terjadi saat
itu.
6. Coaching
Pemimpin dengan gaya ini akan menjadi seorang dirigen
dalam sebuah okestra. Ia akan meminta sebuah kesempurnaan dengan cara dan jalan
yang ditunjukkan olehnya. Ia membuat orang lain berkembang karena dengan
perkembangan orang lain akan membantunya dalam mengembangkan organisasi. Gaya
coaching akan menggali kemampuan terpendam anggota, membuatnya sadar akan
potensi dan bagaimana caranya untuk mengasah keterampilan tersebut menjadi
berkilau dan berharga untuk didapatkan. Mereka memasukkan visi jangka panjang
organisasi dalam benak anggota, melibatkan mereka tentang bagaimana cara mencapai
tujuan tersebut secara individu dan membantu mereka menemukan kelemahan –
kelemahan mereka dan bagaimana memperbaikinya.
Pemimpin tipe ini haruslah memiliki
waktu yang luas sehingga penggalian potensi anggota akan berlangsung dengan
maksimal dan pada akhirnya mencapai tujuan yang diharapkan. Menyamakan persepsi
dan merangsang mereka untuk berbuat akan menjadi sebuah pembicaraan yang
panjang dan dilakukan dengan face to face karena bila dilakukan berkelompok
akan mengurangi efeknya atau disesuaikan dengan tujuan yang diinginkan.
Setiap kita akan menjadi pemimpin
dengan kadar dan tingkatan yang berbeda akan tetapi setiap tingkatan hanya
menawarkan tantangan dan kesulitan yang berbeda bagaimana kita mengatasinya
adalah dengan cara kita sendiri. Setiap tipe memiliki kelebihan dan kekurangan.
Saatnya kita mengintrospeksi diri tipe seperti apakah kita dan tujuan yang akan
diraih seperti apa sehingga akan menjadikan setiap langkah kita menjadi lebih
baik.
Setiap pemimpin ditandai dengan
adanya pengikut. Setiap pemimpin membutuhkan tanggung jawab dan setiap pemimpin
haruslah mengambil keputusan. Saat kita berfikir untuk diri sendiri pun, kita
menjadi pemimpin untuk diri kita sendiri. Kenali dengan baik tipe anda dan
berlarilah dimana bendera finish berkibar.
“Jangan bertanding pada permainan yang dirimu sendiri tak
tahu bagaimana memainkannya.”
“Jangan meminta sesuatu pada orang lain yang kita sendiri tak
mampu melakukannya.”
“Keep hungry, keep Foolish. Karena
ilmu adalah Kebutuhan kita”
Oleh: Ikan Koki
Sumber: Eko Sumartono
Trainer, Writer, entrepreuner
Penulis Buku “You Are Young Leader”
0 comments:
Post a Comment