من علامات الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند و جود الزلل
Sebagian Dari Tanda Bersandar (Gumantung/Tetanggenan, Jawa Red) Kepada Amal (Perbuatan Zahir) Adalah Berkurangan Harapannya (Suasana Hati) Tatkala Melakukan Kesalahan.
Ada sebagian orang menggantungkan “hasil” melalui “usahanya/amalnya/pekerjaan”, misalnya perkataan seseorang “Jika saya bekerja keras PASTI aku akan berhasil”, kalau saya beribadah dengan baik PASTI saya akan masuk surga. Filosofis semacam ini sekilas Nampak seakan akan benar namun bila di benturkan dengan ilmu Tauhid itu kurang pas. Mengapa ? karena amal itu makhluk (makhluk ya makhluk bukan kholiq) oleh karena dia makhluk maka dia tidak akan mempengaruhi sesuatu sedikit-pun, tidak dapat memberi manfaat atau madhorot.
Kalaupun kita amati dalam disiplin ilmu filsafat,sosial, DLL ada hukum kausalitas (sebab-akibat) itu sebenarnya bukan yang memunculkan akibat itu sebab namun SEBAB itu ciptaan Allah,AKIBAT-pun ciptaan Allah cumin bertepatan Allah menciptkan akibat tadi bersamaan dengan sebab. Jadi “bekerja keras/ibadah” itu ciptaan Allah “sukses/pahala” itu ciptakan Allah namun Allah menciptakan keduanya secara bergandengan. walaupun terkadang Allah menciptakan Akibat tanpa sebab begitu juga sebaliknya, tergantung kehendak Allah Azza Wajalla
Buktinya Apa ?
Adanya janin dalam kandungan sehingga lahirnya seorang bayi itu berawal dari “hubungan badan/atau apapun istilah lainya” jadi bayi = AKIBAT sedang SEBABnya adalah “hubungan badan”. Lalu apakah penciptakan Nabi Isa atau Nabi Adam seperti itu ?
Jawabanya : tentu tidak
Jadi terkadang Allah Azza Wajalla menciptakan “AKIBAT” tanpa “SEBAB” atau sebaliknya, semua itu berjalan atas kehendakNYA, Allah Azza Wajalla berbuat semaNYA yang terkadang tidak dapat di capai oleh Logika manusia yang penuh keterbatasan. Ini sekali membuktikan bahwa Allah Azza Wajalla MAHA KUASA TERHADAP SEGALA SESUATU (pemahaman ini yang penting).
OLEH SEBAB ITU AMAL/IBADAH ITU TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN HASIL/PAHALA, KITA BERIBADAH KARENA MEMANG ITU PERINTAH ALLAH SEDANG PAHALA/HASIL ITU SEPENUHNYA HAK ALLAH SEMATA,SEBAGAI HAMBA KITA HANYA DI TUNTUT MELAKSANAKAN APA YANG DI PERINTAHKAN OLEH MAJIKAN.
Bahayanya jika seorang murid tidak mempunyai “rasa” semacam ini adalah ia akan terlalu mudah putus asa pada rahmat Allah Azza Wajalla, karena selalu menghubungkan antara “usaha” dan “hasil”,antara ibadah dan pahala, kerja keras dan sukses.
Misalnya : orang yang sudah terlanjur melakukan dosa maka dia akan putus asa untuk bertaubat ,karena dia hanya mengira bahwa “SEBAB dia melakukan sebuah dosa AKIBATnya di dimasukkan ke dalam neraka ”.
Misalnya : orang yang sudah terlanjur melakukan dosa maka dia akan putus asa untuk bertaubat ,karena dia hanya mengira bahwa “SEBAB dia melakukan sebuah dosa AKIBATnya di dimasukkan ke dalam neraka ”.
Misalnya lagi : seseorang BEKERJA KERAS sehingga dia membuat rencana yang matang ingin mendirikan sebuah sekolah di sebuah tanah milik warga, akhirnya bangunannya pun sudah berdiri namun sebelum bangunan tersebut BERHASIL di tempati tiba tiba tanah pada bangunan tersebut merupakan tanah sengketa sehingga sekolahan yang akan di bangun-pun tidak dapat di fungsikan. Maka akan BERPUTUS ASA untuk membuat sekolahan di tempat lain,karena dia mengira bahwa “Rencana” yang dibuatnya tadi selalu sesuai dengan “Hasil”. Dia lupa bahwa Allah-lah yang berkuasa terhadap segala sesuatu.
Mungkin Pasti di kehidupan sehari hari hal hal semacam ini juga anda alami, jika kita ingin memahami kaidah seperti apa yang disampaikan oleh syaikh ibnu athoillah di atas tentunya kita juga mengalaminya secara pribadi, TANPA MENGALAMI KITA TAKKAN MUNGKIN MEMAHAMI mutiara mutiara tasawuf seperti yang di jelaskan oleh syaikh ibnu athoillah rahimahulloh…
Adapun Hikmah TIDAK menggantungkan (I’timad) kepada Amal (Bekerja/Ibadah) di antaranya :
1. Terhindar dari Ghurur (di apusi dunyo/ terbujuk oleh dunia), contoh seorang petani bekerja sungguh sungguh untuk menanam bawang merah dengan harapan “mencari keuntungan” yang berlipat pasalnya harga bawang merah melambung tinggi, pada waktu panen pun tiba tapi harga bawang merah justru menurun drastis sehingga diapun merasa rugi. Ini karena dia mengkaitkan/menggantungkan “Amal” kepada “hasil”.
2. Terhindar dari sifat Ujub (bangga terhadap amalnya/pekerjaanya/ibadahnya), karena “merasa” ini adalah amalku berarti yang berjasa atas ini adalah aku hasilnya-pun terserah aku. Analoginya :
3. Menghindarkan sifat “su’ul adab” kepada Allah Azza Wajalla, seakan akan berusaha menandingi/menyetarakan posisinya dengan Allah Azza Wajalla, su’ul adab yang di maksud disini adalah “merasa memiliki” ,wong hamba diperintahkan majikan untuk beramal/bekerja/ibadah kok dia merasa yang “memiliki” hasil dari perintah tadi. Analoginya begini: seorang hamba di suruh majikanya untuk memberikan makan ternaknya, sedangkan ternak,lahan,rumput DLL itu milik majikannya tiba-tiba dia mengatakan “ini adalah rumputku…., ini adalah ternakku….DLL”, sama halnya dengan orang yang beramal/pekerja/beribadah padahal amalnya merupakan perintah Allah kemudian dia mengatakan “ini adalah sholatku….,ini adalah hasil kerja kerasku…..!!”
Jadi : tetaplah beribadah….tetaplah bekerja…..karena itu merupakan perintah Allah….namun kita tinggalkan menggantungkan Amal (sehingga ikut campur dalam menentukan “hasil”), Puncak Dari Amal Kita Adalah Ridho Menjadi Hamba Allah Azza Wajalla….
Amal Ibadah kita takkan Takkan bisa menyelamatkan kita, yang menyelamatkan kita hanya Allah Azza Wajalla..
Rasulullah Shallallohu Alaihi Wasallam Bersabda :
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَنْ يُنَجِّيَ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِرَحْمَةٍ سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَاغْدُوا وَرُوحُوا وَشَيْءٌ مِنْ الدُّلْجَةِ وَالْقَصْدَ الْقَصْدَ تَبْلُغُوا
Salah seorang dari kalian tak akan dapat diselamatkan oleh amalnya, maka para sahabat bertanya; 'Tidak juga dengan engkau wahai Rasulullah? Beliau-pun menjawab: 'dan tidak juga saya, hanya saja Allah telah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku. Maka beramallah kalian sesuai sunnah & berlakulah dgn imbang, berangkatlah di pagi hari & berangkatlah di sore hari, & (lakukanlah) sedikit waktu (untuk shalat) di malam hari, niat & niat maka kalian akan sampai. (HR Bukhori No 5982)
Oleh: Ikan Koki
Sumber: Lutfi Al-jauhari
0 comments:
Post a Comment