Gambar: Somasalims.blogspot.com
(Q.S Al-baqarah 2 : 2)
Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang yang bertaqwa, tidak terkecuali bagi wanita. Orang yang ingin mendapatkan petunjuk dari Al-Qur’an harus berinteraksi dengannya dengan hati yang sehat, jernih, takut, waspada dan hati-hati. Pada saat itulah Al-Qur’an akan membukakan berbagai rahasia dan cahayanya pada hati orang yang bertaqwa.
Diriwayatkan bahwa Umar Bin Khatar ra, bertanya kepada Ubay Bin Ka’ab tentang takwa, Ubay balik bertanya kepada Umar, “Apakah Engkau pernah menempuh jalan berduri?” Umar menjawab, “Pernah” Ubay kembali bertanya, “Apa yang engkau lakukan?” Umar menjawab, “Aku berusaha keras dan bersungguh-sungguh” Ubay Bin Ka’ab berkata, “Itulah takwa.” (H.R Al-Baihaqi)
Itulah kepekaan takwa, yakni kepekaan hati nurani, kebeningan perasaan, rasa takut yang terus menerus, bersikap hati-hati dan waspada terhadap duri-duri jalan. Dalam menjalani kehidupan ini, banyak sekali tarikan duri-duri nafsu dan syahwat, duri-duri ambisi dan angan-angan, duri-duri kecemasan dan kegalauan, duri-duri harapan palsu kepada orang yang sesungguhnya tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi harapan, duri-duri ketakutan palsu terhadap orang yang tidak memberi manfaat ataupun bahaya, dan masih banyak duri yang lainnya.
Wanita yang bertaqwa tidak akan mudah tergelincir oleh duri-duri kehidupan karena benteng takwa telah mengondisikan hatinya untuk bisa mengambil dan menerima Al-Qur’an sebagai petunjuk kehidupannya. (Sayyid Qutb, 2002. Fi Zilalil Qur’an, jilid 1 : 64).
Qatadah mengatakan bahwa orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang percaya kepada yang gaib dan mendirikan shalat.
Abu Rauq meriwayatkan dari Dahhak, dari Ibnu Abbas ra., mengenai ‘hudal lil muttaqin’, ia mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang mukmin yang menjauhkan diri dari kemusyrikan terhadap Allah dan selalu beramal dengan cara menaati-Nya.
Dari At-Tiyyah As-Sudi ra., ia berkata, Rosulullah SAW bersabda, “seorang hamba tidak akan sampai pada derajat takwa hingga dia meninggalkan sesuatu yang mubah karena khawatir terjerumus dosa.” (H.R Tirmidzi). (Ibnu Katsir, tafsir Al-Qur’an Al-Azim, jilid 1, 1996 : 42).
Oleh : Afnan Zakia
Sumber : Al-Qur'an Cordoba bilQis
0 comments:
Post a Comment