Kejutan. Sore itu aku terkejut ketika Ayas tiba-tiba mengajakku ke pantai, menatap sunset.
“Sekarang?” tanyaku terkejut.
“Iya. Siap-siap ya..” jawabnya singkat.
Aku menghela nafas. Kemudian bersiap-siap.
Dua
puluh menit kemudian dia datang bersama Aci, teman kami. Setelah dari
kostku, kami pergi ke asrama Faris untuk menjemputnya. Kami pergi ke
pantai ber-empat. Aku semotor bersama Aci, dan nantinya Ayas semotor
bersama Faris. Kami membutuhkan waktu empat menit untuk menuju asrama
Faris, dan membutuhkan waktu tiga menit untuk menunggu Faris siap.
Langit
semakin mendung. Aku sedikit ragu untuk melanjutkan perjalanan. Namun
langit di daerah pantai terlihat begitu cerah sehingga keraguan itu
menguap. Ayas dengan semangat memutuskan untuk tetap melanjutkan
perjalanan. Mengejar sunset.
Pukul 16.12, kami berangkat
menuju pantai. Lihatlah, langit biru dengan gumpalan awan putih bak
kapas terlihat indah. Aku mengucap syukur karena di perjalanan menuju
pantai tidak mendung seperti di pusat kota. Aci meng-iyakan, kembali
mengucap syukur. Kami mulai meninggalkan pusat kota. Pemandangan
bangunan-bangunan kota mulai tergantikan dengan bukit-bukit yang
berjejer rapi. Sawah yang terhampar sejauh mata memandang. Dan sungai
yang melintang di sebelah kanan jalan. Pemandangan alam yang
menyejukkan mata. persis seperti di daerah asal kami.
“A! itu
Rentang..” Aci setengah berteriak pada Faris dan Ayas. Memberi tahu
ketika kami melewati sebuah bendungan sungai. Rentang adalah nama
bendungan yang cukup terkenal di tempat kami. Kami berempat tertawa.
Satu jam kemudian kami sampai di tempat tujuan. Pantai.
Pantai
kota sore itu begitu ramai oleh pengunjung. Ada satu-dua pasangan
kekasih yang berjalan-jalan di atas pasir lembut yang bak eskrim saat di
injak. Terpesona menatap ombak bergulung, menjilat-jilat kaki. Asyik
sekali membenamkan kaki mereka di hamparan pasir.
Tempat yang
indah. Pantai di penuhi turis. Ada yang sibuk bermain ombak. Menunggang
kuda. Naik delman. Sibuk berfoto seperti kami. Atau sekedar berlarian
saling menyiram air laut satu sama lain.
Kami berjalan di
sepanjang pantai. Menikmati matahari senja. Mendengar debur ombak
menerpa pantai. Menatap paralayang yang beterbangan dari atas bukit.
Kemudian mendarat di pantai. Terlihat menyenangkan. Kami tertarik untuk
bertanya seputar paralayang kepada petugas yang berjaga. Berharap bisa
bermain seperti mereka yang sedang mengudara di atas pantai. Sayang,
paralayang hanya untuk siswa-siswa yang sedang berlatih.
Kami
kembali berjalan, menyusuri pasir pantai. Matahari perlahan tumbang di
langit cakrawala. Awan putih-jingga mewarnai langit senja. Background
yang bagus untuk berfoto.
“Awas ada air!” Faris berteriak setengah
tertawa. Senang. Kami yang hendak berfoto menoleh ke arah ombak. Dalam
hitungan detik rok dan celana kami basah. Sempurna tanpa bisa
menghindar.
Setelah puas foto-foto, kami kembali berjalan di atas
pasir halus. Aku berlari-lari kecil di hamparan pasir. Tanpa sepatu.
Ayas dan Aci membuka sandalnya. Hanya Faris yang tetap memakai sandalnya
untuk berjalan di pasir pantai selembut itu.
Aku takut-takut
menyentuh buih ombak yang menjilat-jilat bibir pantai. Namun, setelah
berhasil menyentuhnya, aku tertawa senang. Ternyata menyenangkan. Aku
bermain bersama ombak. Berlari menghindar ketika ombak mendekat, dan
mengejar ombak ketika ombak kembali surut. Terkadang aku membiarkan
gulungan ombak kecil menjilat-jilat kaus kaki. Sensasinya menyenangkan,
seperti menginjak eskrim.
Aci berjalan di sampingku. Membiarkan
ombak-ombak kecil menyentuh kakinya. Ayas berjalan di depan kami.
Keinginannya untuk menikmati sunset di pantai ini terkabul sudah. Di
depannya lagi ada Faris yang terus mengamati lingkungan pantai.
“Foto-foto lagi yuk?” Ajak Aci. Dengan antusias kami kembali mengabadikan moment-moment itu di kamera.
Angin laut menerpa seluruh tubuh. Sejuk. Faris mengajak kami menikmati jagung bakar sambil menunggu sunset yang akan tenggelam beberapa menit lagi. Kami sepakat.
Disini matahari senja terasa menyenangkan!
Kami
berjalan ke arah penjual jagung bakar. Faris paling depan. Di ikuti
oleh Ayas, Aci dan aku. Jejak kaki kami tercetak di pasir basah nan
lembut. Bayangan tubuh kami bergerak, bak berjalan di atas pasir kaca.
Sore yang hebat. Penuh kesenangan dan kebersamaan..
“Heii..
sini!” Faris yang berjalan paling depan memanggil kami yang berjarak
cukup jauh. Faris berhenti di tempat penjual jagung bakar dan memesan
empat jagung. Kami segera mendekati. Duduk di atas tikar yang menghadap
ke laut.
“Sebentar lagi sunset..” ucapku antusias.
Ayas yang bersemangat mengajak kami kesini merasa senang.
“Rasa apa Mas, Mbak?” ibu penjual jagung bakar bertanya.
“Pedas manis semua, bu..” Ayas menjawab cepat.
“Nggak bu. Pedas manis tiga. Yang manis aja satu” Aku yang tidak begitu menyukai pedas segera meralat ucapan Ayas.
“Semua aja bu, pedas manis!” Ayas kembali menyahut. Ibu penjual jagung bakar kebingungan.
“Ayas!”
Aku memasang wajah kesal. Ayas tertawa. Puas. “Yang tidak pakai pedas
satu bu..” aku menoleh ke arah ibu penjual. Beliau tersenyum.
Mengangguk.
Matahari perlahan meluncur di kaki cakrawala. Langit
biru meski redup terlihat memesona. Membuat sunset terlihat begitu
menggetarkan hati.
“Ini Mas, Mbak, jagungnya. Yang ini pedas
manis. Yang ini yang manis saja.” Ibu itu menjelaskan. Kami memakan
jagung. Sekali-dua kami bercanda. Sunset mulai tenggelam. Aci kembali
mengabadikan moment itu dengan kameranya.
Indah. Sungguh indah. Aku menghela napas.
Empat puluh tujuh detik berlalu. Matahari sempurna tenggelam. Menyisakan siluet jingga, langit kemerah-merahan. Sunset
yang hebat. Kami kembali menikmati jagung bakar yang belum di habiskan.
Setelah itu beranjak meninggalkan pantai. Menuju mushala. ^_^
Parangtritis Beach, February, 08 2014. :)
Oleh : Afnan Zakia
Thursday, November 27, 2014
Mengejar Sunset
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About us
Powered by Blogger.
Popular Posts
-
Terarrium... Terrarium mengingatkanku pada salah seorang teman yang mengupload foto tanaman-tanaman kecilnya di group, dan bilang kalau ...
-
Kalau zaman sekarang, istilah “alay” udah bergeser jadi “cabe-cabean”. Cabe-cabean itu cewek-cewek usia pubertas 2 Dimensi (Muka PUTIH, ...
-
Gambar: galerikuliner.blogspot.com Kali ini saya akan berbagi bagaimana cara membuat bana...
-
Spesies ikan hias laut endemik Indonesia yang penyebaran alaminya hanya bisa ditemukan di perairan Kepulauan Banggai yaitu Banggai Cardin...
-
Oleh : Afnan Zakia Banyak yang bilang mahasiswa Psikologi nantinya akan menjadi paranormal, karena mereka bisa menerawang sifat dan kepr...
-
1. Membaca makin jauh, kencing makin dekat. 2. Dulu tidur berhadap-hadapan, sekarang beradu pantat. 3. Dulu suka pakai minyak wangi,...
-
Kami mengundang rekan-rekan untuk menghadiri The 9th Annual MarkPlus Conference 2015 WOW MARKETING = CREATIVITY + PRODUCTIVITY Thursday, ...
-
www.gedebug.org Seorang sarjana komputer mencari istri yang selama ini ...
-
Jakarta - Hari cerah itu Wahyudin (24) tersenyum bangga bercerita akan perubahan yang dialaminya. Sebuah capaian yang mungkin siapa pun t...
0 comments:
Post a Comment